Sahabatku telah tiada

Jogjakarta, Yogyakarta, Ngayogyokarto Hadiningrat, atau apalah itu.
Sebuah kota yang sarat budaya dan terkenal karena senyum yg selalu tersungging dibibir setiap masyarakatnya.
Entah mengapa bisa begitu, saya juga tak pernah tau.

Saya sudah hidup menjadi warga Jogja semenjak kecil, walaupun orangtua saya berdarah sumatra dan madura.
Tapi saya adalah seorang anak yang hidup dari air Jogja, dari udara Jogja, dan dari keramahan Jogja.

Kini saya sulit menjumpai Jogja yg saya kenal semenjak kecil.
Jogja yang ramah, asri, damai, tentram, dan yang lebih jelas adalah persahabatan ala Jogja yg tak pernah mengenal kasta-strata ekonomi-latarbelakang dan segala tetekbengeknya.
Dimana kita bisa 'guyon kere' alias becanda tanpa pernah memasukkan topik materi/kekayaan dlm setiap pembicaraan.
‎​Kini saya berada ditengah2 Modernisasi yang sangat kejam bagi sebuah persahabatan.

Saya sangat rindu akan senyuman terbaik seluruh Jagad yg hanya dimiliki warga Jogja, karena senyum itu bukan hanya dibibir namun melalui hati sehingga menimbulkan rasa dan karsa yg luar biasa.

Itulah jogjaku, yang kini malu-malu bersembunyi dibalik kantong tebal para borjuis.

Kini Jogjaku berubah.
Berbeda dengan yg kukenal.
Jogja tak lagi indah seperti dulu, bukan kota nya namun gaya hidupnya.
‎​Jogja menjadi suatu hal yg memalukan, bahkan bagi mereka sendiri yg berdarah Jawa. Malu mengakui budaya indah Jawa, lebih senang dibilang G@uL.

‎​Jogja kini semakin tua dan tersingkir oleh tebalnya kantong. Malu-malu dia menyingkir sambil berkata 'ah,mungkin jaman telah berubah'

‎​Saya sadar juga sudah mulai memicingkan mata untuk Jogja, tp Jogjaku selalu tersenyum untukku kapanpun dimanapun.

Seolah tak ada yg memperdulikannya lagi, akhirnya Jogja harus menepi dan memberi jalan bagi penganut paham borjuis dan g@uList4. Bukan krna kalah, tp karena lelah.
‎​Lelah utk terus bertahan, namun tak pernah kalah.
Dan akhirnya menyerah karena mati.

Selamat jalan Jogjaku, kota seni yg ramah.
Semoga arwahmu diterima disisi Tuhan.
Oya, titip salam untuk Tuhan, bilangin ke Dia:
"Kapan-kapan main ke Indonesia donk, ini negara udah gak karuan kacaunya."

Hampir lupa, ntr kl kamu ketemu para Founding Father Indonesia, bilangin juga mohon maaf yg sebesar-besarnya Indonesia jd carutmarut gini, soalnya anak mudanya lagi sibuk beG@uL.
Ntr deh kl sempet saya bikinin surat buat mereka disana.

Hati-hati ya Jogja, ntr setiap seminggu sekali saya kirimin Al-fatihah deh, biar arwahmu tenang disana.

Anak yang mencoret mobil Ayahnya

Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan mobil1.jpg, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja motor.jpgkarena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Renungan tentang Papa

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.



Lalu bagaimana dengan Papa?



Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?



Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?



Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......



Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...

Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.



Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?



Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.



Ketika kamu sudah beranjak remaja....



Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..



Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?



Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?



Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"



Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...

Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa



Ketika kamu menjadi gadis dewasa....



Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...

Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .

Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.



Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.

Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.



Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"

Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?



Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"



Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.

Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Papa tahu.....

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.



Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....

Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."



Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

Papa telah menyelesaikan tugasnya....



Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Repost: Psikotest Jepang

nih psikotest dari Jepang yg di terjemahin ke Bahasa
Indonesia, coba deh di isi sebentar, hasilnya cukup fun loh…
Janji jangan lihat jawabannya ya, .. dan jangan kelamaan
mikirnya, cukup tulis yg pertama terlintas dibenak anda.That’s the
whole point…here it goes :

Pertama-tama siapkan bolpen dan kertas.
Waktu memilih nama, anda harus memilih orang
yang anda kenal. Jangan terlalu banyak mikir,
tulislah apa yang ada di kepala anda sekalian.

INGAT : Maju satu paragraf per paragraf…
Kalau anda membaca kelanjutannya, Permohonan
anda tidak akan terkabul.

1.. Pertama-tama tulis angka 1 sampai sebelas dikertas anda secara vertikal(atas ke bawah)

2.. Tulis angka yang paling kamu senang (antara 1-11) disebelah angka No.1 dan 2

3.. Tulis 2 nama orang (lawan jenis) yang kamu
kenal, masing-masing di No.3 dan No.7

4.. Tulis 3 nama orang yang kamu kenal di No.4, 5,
dan 6. Disini kamu boleh menulis nama orang di
keluarga, teman, kenalan. Siapapun OK. Cumaharus yang kamu kenal

5.. Di no.8, 9, 10 dan 11 kamu tulis nama judul
lagu yang berbeda-beda

6.. Terakhir, tulis kamu punya permohonan.
(Kamu minta permohonan )

Sudah???…… kalau sudah semua, coba lihat dibawah hasilnya
















DAN HASILNYA ADALAH …. :

1.. Anda harus memberitahu ke orang yang anda
tulis di No. 7 tentang psi kotest ini.

2.. Orang yang anda tulis di No.3 adalah orang
yang kamu cintai.

3.. Orang yang anda tulis di No.7 adalah orang
yang kamu suka, tetapi bertepuk sebelah tangan.

4.. Orang yang anda tulis di No.4 adalah orang
yang anda rasa paling penting bagi anda.

5.. Orang yang anda tulis di No.5 adalah orang
yang paling mengerti tentang anda.

6.. Orang yang anda tulis di No. 6 adalah orang
yang membawa keberuntungan pada anda.

7.. Lagu yang anda tulis di no. 8 adalah lagu yang
ditujukan untuk orang No.3

8.. Lagu yang anda tulis di no.9 adalah lagu yang
ditujukan untuk orangNo.7

9.. Lagu yang anda tulis di no.10 adalah lagu yang
melukiskan apa yang ada di hati anda.

10.. Terakhir, lagu yang anda tulis di No.11 adalah
agu yang melukiskan hidup anda.

BAGAIMANA APAKAH CUKUP JITU ??????

Invisible Hands Kasus Prita

Sungguh kasihan Ny Prita, seorang pasien wanita yang terpaksa mendekam di tahanan selama 21 hari, akibat menulis di e-mail tentang pengalaman buruknya menjadi pasien di RS Omni Internasional Tengerang. Sungguh malang nasib RS Omni yang hanya gara-gara memperkarakan e-mail Prita yang dianggap telah mencemarkan nama baik, kini citranya malah betul-betul terpuruk.

Saat ini kasus Prita sedang disidangkan di Pengadilan Negeri Tangerang. Sementara RS Omni diadili oleh masyarakat luas, pers, maupun opini publik. Bahkan lebih dari itu, RS tersebut sudah divonis dengan mendapatkan sanksi moral. Bagaimana pun, citra RS sakit tersebut sudah jatuh akibat pemberitaan terus menerus, yang isinya cenderung memojokkan.

Sangat sulit bagi rumahsakit maupun dokter yang telah diadili lewat media massa, untuk memulihkan nama baik meskipun pada akhirnya putusan pengadilan memenangkannya. Pengalaman empirik membuktikan, ketika terjadi persoalan hukum antara pasien dengan dokter atau rumahsakit, dan diberitakan di media massa. Maka yang pertamakali mendapatkan dampaknya ialah pihak dokter atau rumahsakit.

Simpati masyarakat biasanya lebih condong ke pihak pasien. Pasienlah yang benar, dokter atau rumahsakit yang salah. Hal seperti itu dapat dimaklumi, karena masyarakat biasanya lebih berpihak kepada yang lemah, yang tidak berdaya, yang jadi “korban” yaitu pasien. Sedangkan dokter atau rumahsakit diasumsikan sebagai pihak yang kuat, yang berkuasa, dsb. Padahal jika direnungkan, kedua pihak boleh jadi merupakan korban.

Dalam kasus Prita versus RS Omni, saya melihat kedua belah pihak telah menjadi korban dari invisible hands yakni pihak lain yang sengaja atau tidak telah menyebarkan e-mail pribadi Ny Prita yang berisi ungkapan kekecewaan terhadap RS Omni. Wajar jika institusi layanan publik tidak dapat memuaskan semua orang. Wajar jika muncul kekecewaan pasien terhadap dokter maupun rumah sakit. Bahkan, sangat manusiawi jika ada pasien yang jengkel dan marah kepada dokter/rumahsakit.

Jadi komplain Ny Prita lewat e-mail sebetulnya hal yang wajar. Yang tidak tepat ialah mereka yang telah meng-up load e-mail tersebut sehingga tersebar secara luas. Dan inilah yang semestinya dilacak dan bahkan dipersalahakan. Sebagai perbandingan, dalam kasus foto/video porno di internet maka pelaku dalam foto/video adalah korban. Sementara yang dibawa ke meja hijau justru orang yang menyebarkan foto tersebut.

Dalam kasus Ny Prita, katakanlah memang ada bukti e-mail yang diduga mencemarkan nama baik sehingga melanggar ketentuan pasal 310 KUHP dan pasal 27 UU ITE tahun 2008. Pertanyaannya, bagaimana dengan pihak-pihak yang menyebarkan e-mail Ny Prita?. Bukanlah dia atau merekalah yang punya andil dalam meledakkan kasus ini? Mereka itulah invisible hands yang seharusnya juga dilacak dan dikenai sangsi hukum.

Masalahnya, tidak mudah untuk melacak pelaku penyebar fitnah, nista, atau foto-foto porno ke dalam dunia maya. Hal ini merupakan tantangan dan menjadi PR besar bagi aparat penegak hukum di masa depan. ***

Dua Sisi Syech Puji

Sungguh kontras apa yang dipertontonkan penganut poligami Syech Puji. Dia akhirnya pasrah menjalani proses hukum atas sangkaan pencabulan dan perampasan hak anak. Syech Puji juga menyatakan penyesalannya seraya meminta maaf kepada rakyat Indonesia, seluruh pejabat dan polisi (KR, 19/3).

Awal Maret lalu, pria 43 tahun yang bersikeras hendak penikahi gadis 12 tahun Lutfiana Ulfa ini, masih berupaya menunjukkan kedigdayaannya. Ia tantang kepolisiain segera melakukan penyidikan untuk membuktikan bahwa jika dirinya bersalah. Dia mengancam akan menggerakkan demo besar-besaran terkait proses hukum atas dirinya.

Tidak cuma itu. Pengusaha kaya raya dari Semarang ini bahkan melecehkan hukum dan aparat penegak hukum, dengan membangun sel pejara di rumahnya. Lengkap dengan jeruji besi dan lorong sempit. Lantas dia dia berakting seolah-olah sedang mendekam dalam penjara, sambil menari-nari kegirangan.

Terlepas dari kontroversi mengenai rencana poligami terhadap anak di bawah umur, kelakuan Syech Puji yang menantang proses hukum itu bisa menjadi preseden buruk bagi upaya penegakan hukum di negara kita. Hukum harus berlaku sama terhadap siapa pun. Hukum tidak boleh membeda-bedakan, karena pada dasarnya setiap orang sama di hadapan hukum. Equity before the law. Hukum menjadi kehilangan martabat dan fungsi luhurnya manakala ia dijalankan secara diskriminatif.

Kita patut berterima kasih kepada Syech Puji. Dia akhirnya menyadari bahwa proses hukum memang harus dijalani. Toh, keputusan akhir tergantung kepada majelis hakim kelak. Itu pun jika tidak puas, dia masih bisa menempuh upaya banding dst. Mekanisme peradilan di Indonesia sebetulnya sudah memberikan ruang bagi siapa pun yang merasa tidak puas terhadap putusan pengadilan yang dijatuhkan. Bukan dengan cara arogan yang pernah ditunjukkan oleh Syech Puji, namun menggunakan cara sesuai prosedur yang berlaku.

Masalah besar dalam penegakan hukum di Indonesia, saya kira karena hukum mulai kehilangan kewibaannya. Ini antara akibat ulah dari sebagian oknum penegak hukum sendiri. Sudah menjadi rahasia umum mengenai fenomena hakim yang bisa dibeli. Penyidik yang mudah diarahkan oleh kekuatan uang dan jabatan. Hukum di Indonesia nampak sangat tegas terhadap perkara yang menyangkut rakyat biasa. Namun ketika berhadapan dengan kekuasaan, jabatan, dan uang maka hukum seolah-olah kehilangan daya,lembek, dan loyo.

Syech Puji barangkali melihat adanya fenomena semacam itu. Hukum yang lembek. Hukum yang bisa ditekuk-tekuk dengan kekuatan orang. Karena itu ia mencoba menantang aparat penegak hukum lewat berbagai pernyataan keras dan tindak tanduknya yang fenomenal, seperti membangun penjara kasus nikah siri dan ia sendiri yang pertama kali menjebloskan diri ke dalamnya. Sebuah tindakan yang amat teatrikal dan menohok.

Namun akhirnya hukum berjalan di jalurnya yang benar. Syech Puji harus bersedia mengikuti logika dan langkah hukum. Kita sempat disuguhi pemandangan yang kontras dari dua sisi. Sosok milyarder Syech Puji yang nampak perkasa dan cenderung arogan. Lalu sosok Syech Puji yang harus tunduk di hadapan hukum. Memang demikian hukum seharusnya dijalankan, tidak boleh pilih-pilih, agar ia tidak kehilangan pamor dan perannya di masyarakat. ***

Pemilu yang pilu

Seperti judulnya, pemilu 2009 yang sudah semakin dekat ini semakin pilu saja.
Sebagian orang mungkin menganggap pemilu 2009 ini semakin baik.
Namun bagi saya: TIDAK!

Pernahkan anda meluangkan sedikit waktu anda dijalan untuk melihat keunikan para Caleg kita yang akan mewakili kita di legislatif nanti, baik propinsi maupun RI.
Jika belum, silahkan kunjungi link berikut ini: pemimpin kita.
Atau anda juga bisa melihat poster Caleg yang sungguh luar biasa anehnya disini

Jauh dari itu semua, lihatlah mutu Caleg kita?
Apakah semuanya baik dan memang layak untuk mewakili kita nanti di legislatif?
Saya pernah melihat di stasiun TV swasta yang memberitakan bahwa ada Caleg di suatu daerah yang pekerjaan sehari-hari adalah tukang parkir.
Ada juga yang pedagang kaki lima, dan yang paling banyak adalah PENGANGGURAN!!
Ini kan gila namanya?!

Kalau menurut saya, sebagian besar dari mereka tidak mampu untuk mewakili dirinya sendiri, lalu bagaimana mau mewakili rakyat?!
Memang tidak semua berkualitas rendahan seperti itu, namun sebagian besar seperti itu.
Anda tidak percaya?
Silahkan lihat di link yang saya tuliskan diatas, anda akan melihat kenyataan yang ada.
Mudah sekali untuk berjanji, namun saya yakin mereka tidak mampu mewujudkannya.
Darimana bisa, kalau untuk kehidupannya sendiri saja mereka tidak mampu menjadi yang terbaik.

Ya itulah demokrasi bebas kita, semua bebas menjadi wakil rakyat.
Saya rasa bukan itu yang dimaksud demokrasi, tapi ya inilah realita saat ini.
Mungkin pemilu berikutnya syarat menjadi Caleg hanyalah lulusan SD saja.
Jadi biar semakin demokrasi saja, *kasihan

Postingan Lebih Baru Beranda