Sahabatku telah tiada

Jogjakarta, Yogyakarta, Ngayogyokarto Hadiningrat, atau apalah itu.
Sebuah kota yang sarat budaya dan terkenal karena senyum yg selalu tersungging dibibir setiap masyarakatnya.
Entah mengapa bisa begitu, saya juga tak pernah tau.

Saya sudah hidup menjadi warga Jogja semenjak kecil, walaupun orangtua saya berdarah sumatra dan madura.
Tapi saya adalah seorang anak yang hidup dari air Jogja, dari udara Jogja, dan dari keramahan Jogja.

Kini saya sulit menjumpai Jogja yg saya kenal semenjak kecil.
Jogja yang ramah, asri, damai, tentram, dan yang lebih jelas adalah persahabatan ala Jogja yg tak pernah mengenal kasta-strata ekonomi-latarbelakang dan segala tetekbengeknya.
Dimana kita bisa 'guyon kere' alias becanda tanpa pernah memasukkan topik materi/kekayaan dlm setiap pembicaraan.
‎​Kini saya berada ditengah2 Modernisasi yang sangat kejam bagi sebuah persahabatan.

Saya sangat rindu akan senyuman terbaik seluruh Jagad yg hanya dimiliki warga Jogja, karena senyum itu bukan hanya dibibir namun melalui hati sehingga menimbulkan rasa dan karsa yg luar biasa.

Itulah jogjaku, yang kini malu-malu bersembunyi dibalik kantong tebal para borjuis.

Kini Jogjaku berubah.
Berbeda dengan yg kukenal.
Jogja tak lagi indah seperti dulu, bukan kota nya namun gaya hidupnya.
‎​Jogja menjadi suatu hal yg memalukan, bahkan bagi mereka sendiri yg berdarah Jawa. Malu mengakui budaya indah Jawa, lebih senang dibilang G@uL.

‎​Jogja kini semakin tua dan tersingkir oleh tebalnya kantong. Malu-malu dia menyingkir sambil berkata 'ah,mungkin jaman telah berubah'

‎​Saya sadar juga sudah mulai memicingkan mata untuk Jogja, tp Jogjaku selalu tersenyum untukku kapanpun dimanapun.

Seolah tak ada yg memperdulikannya lagi, akhirnya Jogja harus menepi dan memberi jalan bagi penganut paham borjuis dan g@uList4. Bukan krna kalah, tp karena lelah.
‎​Lelah utk terus bertahan, namun tak pernah kalah.
Dan akhirnya menyerah karena mati.

Selamat jalan Jogjaku, kota seni yg ramah.
Semoga arwahmu diterima disisi Tuhan.
Oya, titip salam untuk Tuhan, bilangin ke Dia:
"Kapan-kapan main ke Indonesia donk, ini negara udah gak karuan kacaunya."

Hampir lupa, ntr kl kamu ketemu para Founding Father Indonesia, bilangin juga mohon maaf yg sebesar-besarnya Indonesia jd carutmarut gini, soalnya anak mudanya lagi sibuk beG@uL.
Ntr deh kl sempet saya bikinin surat buat mereka disana.

Hati-hati ya Jogja, ntr setiap seminggu sekali saya kirimin Al-fatihah deh, biar arwahmu tenang disana.

Postingan Lama